Biasanya seorang komandan pasukan akan menerima advis untuk mengetahui kemampuan dan keterbatasan sistem senjata yang dimiliki sehingga Ia dapat menentukan langkah yang terbaik dalam pengerahannya. Penggunaan dan pengerahan kendaraan militer juga memerlukan advis seperti itu. Di Iraq pada tahun lalu dapat dilihat penggunaan kendaraan militer secara luas untuk mendukung berbagai operasi militer.
Pasukan mengoperasikan kendaraan militer jenis HMMWV dan trukck yang tidak memiliki tingkat perlindungan tinggi terhadap bahaya tembakan senapan maupun ranjau, sementara banyak kendaraan lapis baja yang hanya nongkrong di basis-basis pangkalan. Dari berbagai study yang dilakukan memperkirakan bahwa lebih dari separuh korban luka maupun gugur dikarenakan mereka tidak menggunakan kendaraan
militer yang memiliki tingkat perlindungan yang tinggi seperti misalnya APC M113. Sekitar 300 sampai 400 personil mungkin masih dapat diselamatkan bila mereka diberikan sarana yang benar.
Yang terpenting dari karakteristik kendaraan militer adalah bukan dari beratnya, atau pemilihan antara beroda ban atau beroda rantai, tetapi pada kemampuannya. Kemampuan untuk beroperasi dikawasan dimana operasi akan dilaksanakan, dan kemampuan untuk melaksanakan misi yang dibebankan.
Komandan pasukan perlu mengetahui kondisi wilayah operasinya dengan mengidentifikasi secara benar, dan jenis misi yang akan dilaksanakan. Ia harus membuat rancangan pemilihan kendaraan yang akan digunakan serta cadangannya dan jangan hanya memperkira-kira saja. Pemilihan jenis kendaraan yang salah hanya akan menimbulkan kegagalan misi operasi dan menurunkan moral prajurit yang dipimpinnya.
Salah satu sistem senjata yang populer digunakan dalam peperangan di kawasan teluk adalah senjata bahu RPG-7 dan sejenisnya. Rata-rata setiap grup infanteri menggunakan 50-80 senjata jenis ini. Ancaman senjata RPG-7 dan sejenisnya menimbulkan implikasi yang significant bagi berbagai jenis kendaraan militer dan hal ini perlu untuk diperhitungkan dalam rencana pengadaan kendaraan militer kedepan.
Kendaraan militer jenis Soft-Skin.
Kendaraan militer jenis soft-skin, atau non lapis baja. Kendaraan jenis ini tidak memiliki sistem proteksi balistik, atau memiliki sistem perlindungan hanya terhadap efek ledakan (fragment) saja, bukan terhadap senjata ringan. Banyak juga yang disebut sebagai HMMWV lapis baja dari pra-M1114 atau kategori lanjutannya, namun efektivitasnya juga tidak sebaik Ranlapba.
Ran soft-skin digunakan untuk operasi pada masa damai atau untuk operasi di garis belakang dimana kemungkinan untuk diserang oleh gerilyawan musuh sangat kecil. Dalam konflik moderen atau masa datang seperti situasi yang tidak menentu, tetap saja digunakan kendaraan jenis soft-skin, termasuk oleh unit digaris depan. Kendaraan seperti HMMWV seharusnya tidak digunakan dalam operasi garis depan dimana masih banyak jenis kendaraan yang dapat dijadikan pilihan.
TNI pada masa gelar operasi di Aceh mengerahkan sebagian besar kendaraan berupa jenis soft-skin, sehingga untuk mengantisipasi serangan proyektil munisi caliber kecil dan efek ledakan GLM diupayakan oleh pasukan didaerah operasi dengan memodifikasi pemberian lapisan dari mulai pelat logam sampai pada batang-batang pohon kelapa yang disusun pada dinding bak truk militer.
Banyak juga Ran kategori soft seperti sepeda motor yang sangat bermanfaat dalam pertempuran moderen, tetapi tetap memerlukan perhitungan yang tinggi dalam pengoperasiannya. Hal ini mungkin tidak efisien dalam medan tempur non-linear, atau memerlukan tabir dari sistem yang lebih tinggi untuk memasuki areal yang dituju. Pengoperasian kendaraan jenis soft skin sangat rentan terhadap efek ledakan senjata artileri dan mortir.
Pasukan didaerah operasi harus waspada dengan terminologi "Light" (ringan) dalam istilah "Light Patrol Vehicle", kata light dihubungkan dengan tingkat ancaman saat patroli, bukan pada bobot kendaraan. Terminologi yang lebih tepat seharusnya "Low-threat Patrol Vehicle" (kendaraan patroli dengan tingkat ancaman rendah.
Ide yang popular bagi beberapa pasukan darat adalah jeep, HMMWV atau kendaraan ringan beroda lainnya, dilengkapi dengan sista ATGM seperti TOW. Penjelasannya biasanya bahwa sistemnya lebih baik dari tank dan sistanya mampu menghadapi tank. ATGM moderen memerlukan kendaraan yang membawa peluncurnya untuk tetap siaga bagi peluncur dan pengendaliannya, sehingga tank tidak memiliki kesempatan menembakan meriamnya.
Battlefield Combat Vehicles.
Kategori kedua adalah kendaraan tempur yang sesungguhnya. Kategori ini memiliki berbagai sub-divisi.
Pertama, berupa "Frontal Battle Vehicles" atau Assault vehicles. Kendaraan ini diciptakan untuk menghadapi penembakan langsung dari pihak lawan. Assault vehicle harus mampu melakukan maneuver lintas medan (off-road) dan memiliki lapisan baja yang memadai dan kebal terhadap tembakan RPG. Frontal Battle vehicles termasuk Tanks dan APC seperti Bradley dan M113. Namun hingga saat ini belum ada kendaraan tempur yang sungguh-sungguh kebal terhadap tembakan RPG, masih belum didapat hasil pengembangan lapisan baja yang kebal terhadap tembakan RPG. Dalam perang Vietnam, penetrasi RPG terhadap M113 diperkirakan memiliki kans 0.8 untuk menyebabkan korban tunggal. Hanya satu dari tujuh tembakan yang dapat melakukan penetrasi, maka kans dari setiap perkenaan menyebabkan satu korban lebih rendah dari 12%. M113 moderen dengan applique armour memiliki daya proteksi yang lebih tinggi. Beberapa kendaraan beroda ban dapat dijadikan kendaraan tempur apabila memiliki kemampuan lintas medan dan menjaga jarak dari jangkauan tembakan RPG.
Kendaraan tempur memiliki berbagai peran dalam pertempuran skala besar atau Major Theatre Warfare (MTW). Perannya dalam konflik kecil seperti operasi kontra gerilya juga sangat penting. Unit kecil kekuatan penembakan dan pencegat dalam karakteristik pertempuran ini artinya pasukan akan diuntungkan dengan daya tembak dan perlindungan yang diberikan oleh kendaraan tempur. Timbulnya korban yang tidak bersalah sering membatasi dukungan tembakan artileri dan serangan dari udara, menjadikan pilihan jatuh pada sistem tembakan langsung.
Seperti yang terlihat di Grozny dan Mogadishu, senjata RPG pihak lawan dalam daerah urban akan menyerang kendaraan tempur secara simultan dari berbagai arah. Hanya kendaraan tempur roda rantai yang memiliki kekebalan atas ancaman ini. Walaupun tidak semuanya mampu terus bertahan untuk membantu memberi dukungan bagi pasukan infanteri. Tank akan membantu pasukan infanteri dengan menghancurkan penghalang dengan tembakan jarak jauh dan memberikan tabir asap, iluminasi, tembakan senapan mesin dan dukungan sensor. APC dand IFV juga dapat membawa bekal amunisi dan peralatan khusus seperti barikade portable dan tangga untuk pasukan infanteri. Penggunaan ranpur roda rantai juga bermanfaat untuk melalui barikade dan halang rintang yang dipasang pihak lawan.
Tidak semua Ranpur memiliki perlindungan yang baik. Platform seperti meriam gerak sendiri sering hanya memiliki lapisan baja yang tipis. Ran seeprti yang dikelompokkan dalam kategori Ranpur "Secondary" atau "Lini Kedua" dimana kendaraan dioperasikan pada daerah yang tidak terjangkau tembakan senjata RPG.
Sebarapa mudah kita dapat menciptakan daerah aman dalam pertempuran non-linear dimasa datang?, hal ini masih harus diperdebatkan. Juga dalam sub-kategori ini termasuk Ran yang dapat digunakan dibelakang garis pertahanan depan pihak lawan untuk pertahanan. Ini termasuk Ran ringan atau Ran intai yang tidak berlapis baja serta Ranpur Infanteri Linud (AIFV - Airborne Infantry Fighting Vehicles) seperti seri BMD Rusia.
Seberapa bergunanya hal ini akan dapat dibuktikan, gerilyawan di pedesaan saat ini sudah memiliki persenjataan seperti GLM (pelontar gradand), RPG maupun LAW (Senjata ringan, anti-tank). Komandan unit yang dilengkapi dengan kendaraan mungkin akan menghidari berbagai jenis rintangan dimana pasukan infanteri atau kekuatan gerilyawan akan menghadang dalam jarak 300 meter. Untuk unit pengintai hal ini akan memberikan keterbatasan bagi misi yang dijalankannya.
Black-top Combat Vehicles.
Ran pengaman jalan merupakan sub-kelas dari Ranpur term I "Black-top". Black-top merupakan Ranlapba yang tugas utamanya untuk beroperasi di jalan raya. Kemungkinan juga memiliki kemampuan lintas medan, dimana diperhitungkan diberbagai Negara masih banyak jalan raya yang kotor dan berlumpur.
Dalam berbagai situasi medan tempur non-linear target utama dari operasi gerilya/ insurgent biasanya untuk memotong jalur komunikasi/jalur logistik. Dalam situasi ini, jalan raya akan berubah menjadi medan tempur.
Tingkat lapis baja pelindung kendaraan setidaknya dipertimbangkan untuk melindungi diri dari serangan senjata ringan dan ranjau (bukan saja ranjau anti-personil). Penampilan yang penting dari kendaraan black-top adalah memiliki kemampuan akselerasi yang tinggi dan kecepatan melaju di jalan yang baik, terutama dalam tugas konvoi pasokan logistic. Pada masa perang Vietnam, konvoi logistik biasanya dikawal denngan tank atau M113. Pada kondisi jalan raya yang baik, sebuah truk dapat melaju dengan kecepatan diatas 70 km/jam dan kecepatan akan dikurangi didaerah yang dianggap tidak aman. Kendaraan kawal konvoi kemungkinan memiliki tingkat kecepatan yang lebih lambat dari truk yang dikawalnya.
Idealnya kendaraan tempur kategori Black-top memiliki kekebalan terhadap serangan senjata RPG maupun senjata ringan lainnya. Untuk tujuan ini diperlukan perhitungan pada penampilan serta ukurannya. FV1611 Humber Pig digunakan oleh AD Inggris di Irlandia Utara memiliki tingkat proteksi terhadap RPG dan ranjau antara lain dengan memasang grip logam pada seluruh sisi kendaraan, program ini dikenal dengan sebutan Operation Bracelet. Pada kendaraan Humber juga memiliki ruang untuk pemasangan double skin dari bahan pelat baja, namun bobot kendaraan yang meningkat akan mengurangi daya tampung perlengkapan operasi, dan akan mengganggu kemampuan manuvernya.
Rangkaian gril logam yang dipasang disekitar sisi kendaraan dekenal juga dengan istilah RPG cages, juga digunakan pada beberapa kendaraan yang dioperasikan di Grozny. LAV-III Stryker yang beroperasi di Iraq juga banyak yang dipasangi perangkat kandang (cage) ini, kalangan AD AS di Iraq menyebutnya sebagai ”Slat armor”, awak kendaraan memanfaatkan ruang diantara body kendaraan dengan slat armor ini untuk meletakan bagasi. Dalam serangan RPG di Mosul pada 28 Maret 2004, bagasi yang terdapat diantara body dan slat armor justru menimbulkan kebaran pada kendaraan.
Generator yang menghasilkan medan listrik dapat membuat premature ledakan RPG. Hal ini juga perlu diperhatikan dalam operasional kendaraan tempur maupun kendaraan kategori Black-top.
Perhatian lain yang perlu diberikan pada kendaraan pengangkut pasukan infanteri, jenis kendaraan kategori Black-top juga diperlukan. Terutama untuk pengaangkut kargo, yang biasanya terdiri dari berbagai jenis. Perlu adanya sisipan kendaraan bersenjata untuk tembakan langsung untuk menghancurkan barikade dijalan. Misalnya dengan kelengkapan senjata caliber 76mm atau mortar caliber 60mm. Kendaraan dengan kanon caliber 20-25mm juga akan sangat bermanfaat dalam menghadapi pencegatan.
Blue-Top Vehicles.
Sejauh ini kita memperhatikan kendaraan untuk peperangan berskala besar dan counter-insurgency. Masih ada wilayah lain yang menuntut tanggung jawab militer yang dikelompokkan dalam Operasi Militer Selain Perang – atau "Military Operations Other Than War"/MOOTW atau Other Operation Than War/OOTW. Hal ini tidak berhubungan dengan COIN/Counter-guerilla/Local-Intensified Conflict atau LIC sebagai OOTW. MOOTW termasuk misi seperti:
• Penjaga perdamaian.
• Tugas dimasa damai/Peace Enforcement.
• Kamdagri/asistensi tugas kepolisian/gangguan keamanan.
• Operasi Evakuasi Non-Tempur.
• Bantuan Kemanusiaan.
• Bantuan Pemeliharaan Lingkungan.
• Gempa Bumi dan Bencana Alam.
• Pertolongan paska Konflik.
• Operasi Keamanan Perbatasan, dll.
Dalam operasi seperti tersebut diatas akan memerlukan kekuatan pasukan dengan kemampuan tempur. Penjaga Perdamaian dianjurkan melibatkan kegiatan pemeliharaan perlucutan senjata dimana satu atau lebih dari pihak yang bertikai tidak menyetujui adanya intervensi. Oleh karenanya Penjaga Perdamaian terkadang menggunakan angkatan bersenjata untuk menciptakan gencatan senjata yang belum tercapai. Dengan situasi demikian maka pasukan Penjaga Perdamaian harus memiliki kemampuan tempur dan diperlengkapi sebagaimana halnya angkatan bersenjata.
Tugas Bantuan Kemanusiaan dan Tugas Bantuan paska Konflik kemungkinan masih akan menghadapi aktifitas gerilyawan, terutama yang sering mengganggu konvoi. Motivasinya biasanya krimninal, berbeda dengan operasi gerilya sesungguhnya atau kegiatan teroris, dengan demikian diperlukan sarana pertahanan untuk melindungi konvoi.
Misi MOOTW akan memerlukan kendaraan tempur yang dapat dikelompokan dengan terminologi LAMO (Low Aggression Military Operations). Kendaraan yang dimaksud dapat nyaman untuk mendukung operasi, dan disebut sebagai Blue-top atau LAMOV. Kendaraan ini bukanlah kendaraan tempur, tetapi lebih condong kepada APC.
Kebutuhan minimum kendaraan LAMO, batas minimum kendaraan LAMO sebatas asumsi memiliki proteksi yang baik terhadap ancaman senjata sejenis RPG, proyektil senapan serbu maupun ranjau darat. Memiliki payload yang memadai, dilengkapi sarana komunikasi yang handal dan daya maneuver yang lincah. Kendaraan harus diperhitungkan untuk menghadapi situasi yang seketika berubah menjadi agresif. Untuk itu disarankan untuk memilih jenis kendaraan tempur.
Kendaraan tempur yang dipilih tidak teralu besar ukuranya sehingga dapat dioperasikan juga dikepadatan lalu-lintas umum. Maka pilihan untuk hal ini sebaiknya berupa kendaraan tempur beroda ban seperti LAV atau sejenisnya. Kondisi jalan raya atau jalur kedearah bencana kemungkinan berupa medan lintas alam, maka kendaraan dituntut untuk mampu melakukan gerak lintas medan berat ataupun melakukan gerak amphibi atau melintas di genangan air dalam (deep fording).
Kendaraan LAMO dilengkapi dengan persenjataan untuk pertahanan diri terhadap serangan bersenjata. Persenjataan dapat berupa senapan mesin ringan, kanon ringan atau pelontar granad sekelas Mk-19. Untuk menghadapi serangan diperbukitan, kemungkinan dilengkapi dengan persenjataan seperti Carl Gustav 84mm atau sejenis, meriam M67 kaliber 90mm atau M40 kaliber 106mm, terutama bagi kendaraan untuk wilayah check-point atau wilayah yang banyak terdapat penembak runduk.
Jenis kendaraan lain yang mungkin dioperasikan dalam kriteria LAMO adalah kendaraan penghubung dengan kapasitas angkut 4-5 personil dan kendaraan untuk sat regu. Biasanya digunaikan kendaraan sejenis Land-Rover. Kendaraan ini juga dapat digunakan sebagai pengangkut robot penjinak bahan peledak. Untuk pengangkut pasukan sebaiknya dilengkapi dengan dinding pelindung dengan lubang penembakan khusus dengan pengaturan tempat duduk belakang sistem center-line, hal ini untuk memperkecil risiko perlukaan pada personil didalam kendaraan akibat ledakan ranjau.
Kendaraan yang memiliki kriteria seperti diatas antara lain Tactica dari inggris, Mamba atau RG-31 Nyala dari Afrika Selatan, Dingo dari Jerman, ACMAT TPK 4.20 dari Perancis, atau Wolf dan M463 Rhino dari israel.
Untuk tugas yang lebih ringan, sejumlah kendaraan patroli yang dibuat dengan dasar kendaraan Land-Rover akan lebih bermanfaat dibandingkan yang sejenis HMMWV. Dibeberapa lokasi, digunakan juga Ran roda rantai BV-206. Konfigurasi HMMWV yg ada untuk memenuhi kriteria diatas sangatlah kurang efisien. Proteksi terhadap balistik dan ranjau sangat rendah dan terlalu ringan, serta ukurannya terlalu lebar untuk manuver, dan bila ditambahkan sistem proteksi semacam add-on armor, maka daya manuvernya akan menurun.
Berapa banyak kendaraan yang sesungguhnya diperlukan untuk misi LAMO dan perlu untuk dipertimbangkan. AD Jerman saat ini hanya merencanakan untuk membeli 56 unit Dingo. Ran Infanteri dan Ran Lapba Ringan Stryker ditujukan untuk misi pemelihara perdamaian, apakah AD Amerika memerlukan 1,830 unit dalam enam Brigade dari Korps AD ke-310.
________________________________________
Perbandingan dua Ranpur AD AS dari konteks diatas.
Pertama, HMMWV, Ran ini merupakan konfigurasi “Armament carriers”. Jelas, HMMWV bukanlah kendaraan tempur, dan sulit untuk menyelamatkan diri apabila menghadapi ancaman tembakan senjata RPG ataupun ledakan ranjau darat. Hal ini dapat dilihat di Iraq. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa separuh dari pengalaman yang fatal selama tahun 2005 personil dapat selamat apabila terjadi serangan keluar dari kendaraan. Tidak seperti pada Ranpur Bradley atau APC M113.
Seperti Kendaraan LAMO, HMMWV tidak memiliki tingkat keselamatan bagi personil dibandingkan dengan Tactica, Mamba dan Dingo yang lebih baik tingkat perlindungannya.
Kendaraan lain yang diteliti adalah LAV Stryker. Apakah Stryker merupakan Ranpur? Tingkat perlindungan Stryker terhadap serangan ranjau dan RPG masih diragukan. Hal ini terjadi berkenaan dengan pengalaman di Mosul dimana Stryker dilumpuhkan oleh dua tembakan RPG.
Membandingkan Stryker dengan M113 yang sudah terbukti di medan tempur sangatlah menarik. Stryker dapat membawa 2+9 personil dengan bobot 19 ton. M113 memiliki bobot tempur 11 tons dan dapat membawa 2+11 personil. M113 lebih kecil, sistem proteksinya lebih baik, memiliki daya tekan kebumi yang kecil dan dapat melakukan gerakan berputar seketika. Mobilitas lintas medan lebih baik dari Stryker dan tidak seperti Stryker, M1113 mampu melakukan operasi ampibi dengan modifikasi Amphigavin.
Stryker kurang efektif ditransportasikan dengan pesawat angkut C-130 kecuali muatan bahan bakar pesawat dikurangi, dengan risiko jarak tempuh pesawat akan berkurang. Selain menggunakan Tank-Transporter, Stryker sangat bergantung kepada kemampuan daya jelajahnya sendiri dengan mengandalkan kapasitas bahan bakar penuh dapat menempuh jarak 300 mil. Dan karena ukurannya, didalam perut C-130 tidak terdapat spasi yang cukup untuk lalu lintas personil, maka pengakutannya harus memiliki peraturan keamanan yang ketat. Saat membawa Stryker, C-130 tidak boleh didaratkan pada semi-prepared forward airfields.
M113 mudah diangkut dengan C-130 dan dapat di turunkan dengan sistem airdropped atau diangkut dengan helicopter. Pesawat angkut jenis C-17 dan C-5 dapat membawa sejumlah besar M113 dibandingkan Strykers, memungkinkan untuk membentuk kekuatan didarat secara cepat.
Harga sebuah Stryker $3 juta, sementara satu unit M113 (brand new) hanya sekitar $550,000. Saat ini AD memiliki stock 13,000 unit M113, dan tambahan 700 unit (1st May 2004) ditempatkan di Kuwait.
Di Iraq, Strykers digunakan untuk mengawal convoy, terutama dikawasan utara dimana kegiatan convoy jarang mendapat serangan. Secara teori Stryker memiliki kecepatan maksimum 62 mil/jam, namun kecepatan maksimum ini ternyata kurang aman, maka saat ini kecepatan dibatasi hanya sampai 45mil/jam, hanya beberapa mil/jam lebih cepat dari M113A3. Posisi pengemudi dari Stryker hanya memungkinkan pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan dengan posisi kepala diluar lubang atap kendaraan atau menggunakan periscopes. Pada kecepatan tinggi posisi ini akan sangat tidak nyaman dan tidak aman.
Dalam term “Peacekeeping” yang sering duhubungkan dengan Stryker. Secara umum pasukan penjaga perdamaian harus berpenampilan tidak mengancam. Dan lebih efektif dengan menggunakan persenjataan ringan, orientasi bertahan sebagai kekuatan pengamat. Dibandingkan dengan penampilah Tank Tempur Utama M1 Abrams, Stryker akan tampak lebih agresif dan terlihat menyeramkan.
Selain dari anggapan sebagai Ranpur ideal untuk operasi militer diabad ke-21, penampilan Stryker termasuk pilihan buruk untuk mendukung misi AD.
Sumber, http://rixco.multiply.com/